Review Buku "The Secrets of D-Day" : Perang Didalam Perang
Penulis : Gilles Perrault
Penerjemah : Nina Ariyani
Perancang Sampul : Gunawan
Penyunting : Krisna
Penerbit : PLANET BUKU
Cetakan : Pertama
Tahun Terbit : 2008
Tebal buku : 456 halaman
Dalam bab Di Tepi Wall, kelompok mata-mata Sekutu mulai mengintai pantai-pantai Prancis yang akan menjadi daerah serangan. Disana mereka mengetahui bahwa pantai-pantai tersebut telah dipertahankan dengan ranjau-ranjau serta rintangan anti-tank yang disebut “Landak-landak Czech”.
Joseph Jan Vanhove adalah warga Belgia yang dipaksa menjadi mata-mata Jerman. Ia ditugaskan untuk menemui Hans Schmidt, mata-mata Jerman yang telah beradaptasi di Inggris dan telah lolos dari bahaya, dan pertemuannya sudah dirancang sedemikian rupa agar Sekutu tidak menangkapnya seperti beberapa mata-mata terdahulu.
Lily Seguiev adalah mata-mata Jerman yang pandai dan berbakat, ia berhasil keluar dari Inggris ke Lisbon. Dalam bab ini pertama disebutkan mengenai OVERLORD, sebuah operasi militer Sekutu yang sangat besar.
Beberapa anggota kelompok Resistance, sebuah kelompok pendukung Sekutu, yang terdiri dari Pepe, seorang pembunuh dari Spanyol, dan Dominique Ponchardier, pria besar pemimpin Resistance Sosies, berhadapan dengan kedua orang tersebut adalah hal terburuk bagi tentara Jerman. Mereka berusaha membobol sebuah pabrik dan mencuri dokumen-dokumen yang dapat ditemukan. Usaha mereka tidak mudah, sebagian dari kelompok kecil itu tewas dalam penyerbuan itu.
Selain Pepe dan Ponchardier, ada Duchez, seorang anggota Resistance yang penuh dengan keberuntungan. Ia berhasil mencuri peta rahasia Jerman dari sebuah markas dengan menyamar sebagai seorang tukang dekorator. Peta yang ia curi ternyata berisi informasi mendetail tentang Wall. Pihak Sekutu mulai tertarik dengan Wall sementara dokumen-dokumen hasil curian Ponchardier dan Pepe ternyata dianggap tidak berguna.
Laksamana Wilhelm Canaris adalah kepala Abwehr, divisi intelijen Jerman, yang berhasil menjadikan anak buahnya paling tahu dalam hal D-Day. Canaris adalah seorang pencinta anjing, ia setia pada Jerman namun juga menentang Nazi. Ia terkenal sebagai orang yang lembut, ia membenci kekerasan Nazi dan banyak menolak untuk melakukan perintah yang yang bersifat kekerasan. Brigadenfhhrer Walther Schellenberg juga merupakan kepala divisi intelijen Jerman. Ia sangat pintar dan haus kekuasaan. Ia juga bermusuhan dengan Canaris karena ia menginginkan posisi kepala Abwehr. Namun sebenaranya mereka saling menyukai, saling mengagumi kelebihan satu sama lain.
Perselisihan ternyata juga terjadi antara para Abwehr dengan Himmler dan anak buahnya, SS. Perang bukannya menyatukan mereka, malah mempertajam konflik antara mereka. Canaris juag ternyata memiliki satu rival lainnya, Reinhard Heydrich. Heydrich terkenal sebagai orang yang sangat berbakat tapi kejam. Namun sama seperti dengan Schellenberg, mereka juga bersahabat, saling menjaga rahasia.
Bab Seribu Mata-Mata menempatkan diri pembaca dalam sudut pandang seorang mata-mata Sekutu. Sebagai mata-mata kita mencari-cari informasi yang dapat membantu memastikan kemenangan dalam perang. Pihak Jerman akan memburu kita, tapi kita akan merasakan kesepian saat menyadari bahwa kita sebenarnya hanyalah suatu bagian kecil yang tidak berguna dalam perang ini.
Untuk memasuki area terlarang Jerman, area pembangunan Wall, diwajibkan untuk menunjukkan cap resmi. Bagi kelompok Resistance, mendapatkan cap resmi bukanlah hal sulit, kelompok Duchez bahkan sudah memiliki 150 cap resmi. Banyak anggota Resistance yang telah masuk dan mendapatkan informasi mendetail tentang pembangunan Wall. Usaha Jerman untuk menipu Resistance sia-sia saja, mereka selalu berhasil untuk mendapatkan rahasia-rahasia itu. Namun ada satu hal yang menguntungkan Jerman, para “Makhluk Mars”, ahli pengumpul informasi tentang garis pantai Eropa, telah menghilang.
Tentara Sekutu mulai merasa pesimistis sejak mendengar rumor bahwa Jerman mulai meningkatkan pertahanan. Wall yang tampaknya hanya seperti blockhouse yang tersebar secara acak-acakan sebenarnya memiliki pertahanan pesisir pantai terbaik yang pernah ada.
Inggris yang dipenuhi oleh reporter membawa bahaya tersendiri bagi rahasia OVERLORD. Mereka tidak ingin mengulang kasus yang sama, diplomat yang bekerja untuk Jerman. Para diplomat memang bukan mata-mata tapi mereka masih bisa menyebabkan kehancuran besar jika mereka membocorkan rahasia yang dipercayakan pada mereka. Latihan pertama untuk serangan D-Day tidak berjalan baik, banyak terjadi keterlambatan juga tidak ada semangat dari para prahurit dan perwira.
Jerman banyak mengirim mata-mata mereka ke Inggris. Sayangnya mereka tidak dilatih dengan baik. Disana mereka banyak tertangkap dan dihukum gantung karena tidak mengetahui kebiasaan masyarakat Inggris. Bahkan ada satu mata-mata yang tertangkap karena memberi salam gaya Nazi serta menyerukan “Heil Hitler!” setelah membeli obat-obatan di sebuah apotek.
Dikisahkan lagi tentang bernama Lily Seguiev yang sekarang berpihak pada Sekutu, seorang mata-mata ganda. Juga Hans Schmidt, yang sudah berkeluarga dan bekerja sebagai petani di Inggris, namun ia tetap bisa melakukan tugasnya sebagai mata-mata.
Meskipun hebat dalam pertempuran di lapangan, pihak Jerman lemah di dalam markas-markasnya. Para pimpinan badan intelijen Jerman semua memiliki pendapat masing-masing dan selalu terjadi perselisihan. Para agen mata-mata juga bermasalah, mereka tidak dapat memberi informasi dengan baik serta ada yang memiliki masalah nasionalisme.
Dalam bab Sebuah Kegagalan dan Sebuah Harapan, dikisahkan tentang pelatihan mata-mata Jerman yang buruk. Juga tentang Schelenberg yang sibuk mencari-cari informasi tentang operasi OVERLORD, kapan dan di mana akan dilaksanakan. Sementara itu Inggris dan Jerman saling memanfaatkan agen-agen dari kedua belah pihak dan membuat agen ganda.
Sejak Jerman mulai menyiapkan pertahanan di Pas-de-Calais, Normandia dan daerah pantai lainnya, serta Hitler telah mengirim divisi terbaiknya ke Normandia, Sekutu mulai panik dan mengira bahwa Jerman telah mengetahui rencana OVERLORD. Banyak pimpinan Sekutu yang tidak sengaja mengungkap sedikit-sedikit rahasia rencana OVERLORD dalam pesta-pesta. Juga pernah terjadi insiden dengan lembaran rencana OVERLORD yang beterbangan di jalan karena angin dan jendela terbuka.
Dalam bab Sang Panglima Tertinggi dan Para Mata-Mata, dikisahkan mengenai Panglima Tertinggi Gerd Von Rudstedt, salah satu komandan yang terbaik di militer Jerman. Juga dikisahkan tentang Ewen Montagu yang hobi membuat karakter fiksi dari mayat-mayat yang ia temukan. Salah satunya William Martin, yang bahkan sampai digunakan untuk mengelabui Jerman dan memberi informasi palsu tentang daerah invasi Sekutu.
Von Rudstedt memiliki “Kelima Firman Sang Penyerbu yang Sempurna”. “Firman-firman” tersebut adalah taktik perang yang membuktikan bahwa serangan Sekutu pada D-Day sia-sia. Namun sayangnya ada satu “firman” yang terlupakan, Berikan kejutan pada musuh.
Dalam bab Sang Führer Selalu Benar, diceritakan tentang kesombongan Adolf Hitler. Hitler selalu menolak semua kemungkinan kalah dan tidak segan-segan untuk menghukum bahkan membunuh bawahannya yang beranggapan seperti itu. Sayangnya banyak Jenderal Jerman yang pesimis dan untungnya mereka menyembunyikan kepesimistisan mereka. Laporan-laporan intelijen Jerman dan Sekutu telah menyebabkan Hitler dan Von Rudstedt kehilangan kepercayaan diri mereka.
Panglima Tertinggi Erwin Rommel selalu mendengarkan siaran radio BBC bahasa Jerman serta siaran radio musuh. Hal itu terjadi sejak Hitler mengeluarkan “Perintah dari Prinsip No.1” yang melarang para pimpinan Jerman membawa dokumen-dokumen invasi lengkap dalam koper-koper mereka. Ia juga mencegah masyarakat serta tentara Jerman untuk mengetahui informasi-informasi tersebut. Kebijakan ini sangat efektif tapi tidak praktis sehingga menyebabkan para tentara tidak mengetahui beberapa sistem operasi militer sehingga banyak terjadi kesalahan. Berdasarkan siaran yang telah didengarnya serta informasi dari berbagai sumber, Rommel menyimpulkan bahwa Sekutu akan menyerang Normandia saat D-Day.
Ketenangan Itu menceritakan ketenangan yang terjadi selama minggu-minggu sebelum serangan D-Day. Inggris mengadakan latihan serangan, para wartawan dan masyarakat mengira bahwa musuh akan menyerang saat latihan, namun kenyataannya semua berjalan lancar. Para tentara Jerman tegang karena invasi diperkirakan akan segera terjadi, namun berbagai pihak menyatakan Sekutu tidak akan menyerang dikarenakan kondisi cuaca dan lain-lain bahkan ada yang mengatakan bahwa Sekutu tidak akan menyerang. Ketenangan itu seperti ketenangan yang terjadi sebelum badai.
Pilot-pilot pesawat pengintai Jerman selalu berbalik sebelum mencapai Inggris dan menceritakan berita bohong pada atasan mereka. Namun ada beberapa pilot yang berani dan menembus pertahanan Inggris. Mereka heran dengan akurasi senapan anti-serangan udara dan tidak adanya pesawat tempur Inggris yang menghadang. Mereka dengan santai bisa mendapatkan informasi tentang kapal-kapal pendarat, pesawat layang, peralatan perang, serta markas-markas Sekutu yang ternyata adalah tipuan yang telah dipersiapkan Inggris, operasi FORTITUDE. Dalam bab ini juga diceritakan mengenai Bernard Montgomery, salah satu pimpinan Inggris, Clifton James, yang sangat mirip dengan Montgomery dan dimanfaatkan untuk mengelabui musuh, Jenderal Patton, yang suka bertempur, serta Omar Bradley, jenderal hebat yang belum membuktikan kehebatannya.
Operasi FORTITUDE tidak diketahui oleh siapapun selama 20 tahun. Semua yang terlibat di dalamnya telah menjaga rahasia berbahgai operasi Sekutu dengan baik. Para mata-mata Inggris yang dikirim ke Jerman dan dikira mati ternyata masih hidup. Salah satunya Hubert Lauwers, operator radio dalam operasi NORTH POLE, ditangkap setelah mendarat dan dijadikan agen ganda oleh Jerman. Lauwers selalu berusaha untuk menghubungi Inggris selama dimanfaatkan Jerman dan akhirnya ia berhasil kembali ke tanah airnya. Kelompok Resistance Robin yang sangat setia pada Sekutu, dikhianati dari dalam oleh Archambaud sehingga ditangkap musuh, namun mereka tidak pernah mengungkapkan rahasia meskipun disiksa. Juga ada Frèdèric Lèon Donet, salah satu anggota Resistance, komandan kedua Mithridate. Ia diminta mencoba alat pemancar baru, Ayesha, yang menggunakan suara dan bukan morse serta dinyatakan tidak terdeteksi musuh. Tak lama kemudian Donet tertangkap karena gelombang radio yang dipakai pemancar itu sama dengan gelombang radio tank Jerman, namun ia berhasil diselamatkan oleh kelompok Resistance.
150 Jam Terakhir menceritakan saat-saat terakhir sebelum serangan D-Day dimulai. Serangan udara dimulai 88 jam sebelumD-Day. Rencana-rencana sabotase dilaksanakan oleh Resistance. Kapal-kapal perang mulai berlayar dari Skotlandia dan Irlandia Utara pada 3 Juni. Pihak Jerman dilanda ketidakpastian terhadap serangan Sekutu, Hitler berkeras bahwa Sekutu akan menyerang Pas-de-Calais. D-Day dilaksanakan di Normandia pada 6 Juni 1944.
Perang rahasia telah selesai, perang sesungguhnya baru dimulai. Sekarang kesuksesan OVERLORD semua bergantung pada prajurit-prajurit Sekutu, bukan orang-orang yang telah mempersiapkan dan merahasiakannya selama berbulan-bulan. Para tentara Sekutu telah berjuang dengan kepercayaan diri yang tinggi akibat penderitaan yang telah mereka alami selama ini.
Comments
Post a Comment